Beragam Info Update Tentang Teknologi, Inovasi dan Informatika

Minggu, 12 Oktober 2014

Mirip "Men In Black", Ilmuwan Temukan Cahaya Penghapus Ingatan

Teknik ini dikenal dengan nama Optogenetik.


Mungkin penelitian kali ini memang mirip dengan film tentang Alien yang dibintangi Will Smith. Mereka menemukan cahaya yang bisa menghapus ingatan seseorang.

Teknologi semacam itu akan menjadi kenyataan berkat temuan dari Karl Diesseroth. Ilmuwan yang berasal dari Stanford University ini bisa memanipulasi cahaya dan mempengaruhi sel saraf.

Dia menggunakan cahaya untuk menghapus ingatan tertentu dalam otak. Untuk penelitian ini, mereka mengklaim telah berhasil mengujicoba dengan melibatkan tikus. Teknik ini dikenal dengan nama optogenetik.

"Kami membuktikan kebenaran teori dasar yang menyebutkan adanya bagian berbeda di otak yang bekerja sama untuk menghasilkan memori secara bertahap hingga menjadi satu kesatuan cerita," ujar Brian Wittgen dari UC Davis, seperti dikutip Daily Mail, Senin 13 Oktober 2014.

Optogenetik ini menjadi dasar bagi Wittgen, bersama Kazumasa Tanaka dan beberapa kolega lainnya untuk menyempurnakan proses manipulasi syaraf memori. Teknik ini secara cepat menyebar dan menjadi metode standar untuk menginvestigasi fungsi otak.

Tanaka, Wittgen, dan tim penelitinya mengaplikasikan teknik ini untuk menguji ide lama tentang pemulihan ingatan.

Selama 40 tahun, menurut Wittgen, ahli neurosains telah meyakini jika sebagian memori bisa dipulihkan, baik ingatan tentang tempat maupun peristiwa. Hal ini melibatkan aktivitas yang terkoordinasi antara lapisan luar otak dan hippocampus, atau struktur terkecil yang ada di dalam otak.

"Teorinya adalah mempelajari proses keterlibatan dalam korteks, dan hippocampus mereproduksi pola aktivitas ini saat pemulihan. Ini memungkinkan pasien mengalami kembali peristiwa tertentu dan tidak mengingat yang lainnya," ujar Wittgen.

Jika hippocampus rusak, pasien akan kehilangan banyak ingatan selama berpuluh tahun. Namun, model seperti ini sulit diujicoba secara langsung, hingga kemunculan optogenetik.

Wittgen dan Tanaka menggunakan tikus yang telah dimodifikasi secara genetik dalam penelitian ini. Ketika sel saraf diaktifkan, dua cahaya berwarna hijau memungkinkan sel untuk bertukar posisi.

"Korteks tidak bisa bekerja sendiri. Mereka membutuhkan masukan dari hippocampus. Penelitian ini sekaligus membuktikan asumsi dasar dari teori optogenetik," kata Wittgen.


Sumber : viva.co.id

0 komentar:

Posting Komentar